Apakah Pasrah itu keterpaksaan ?

Setahun ini aku menikmati hobi baru yaitu literasi. Bermain aksara merupakan kegiatan yang makin lama makin terasa candu. Jika sehari tak membuat tulisan rasanya seperti dompet tanpa kartu atm, ambyar.

Karenanya, demi menghasilkan tulisan yang menyentuh hati pembaca, aku berusaha mengikuti kelas online menulis agar memperoleh banyak amunisi dalam membuat tulisan, juga mengikuti beberapa tantangan menulis agar bakat makin terasah. 

Dan layaknya manusia pada umumnya yang memiliki jiwa kompetisi, aku pun tak tahu malu bermimpi untuk keluar sebagai pemenang dan memacu diri untuk memenangkan setiap kompetisi. Sangat terobsesi. 

Tapi pada kenyataannya, impian aku tidak mudah di genggam. Seringnya malah tak tergapai. Mungkin karena terlalu ngoyo, akibatnya aku jadi lupa pada niat sebelumnya bahwa menulis itu sekadar menyampaikan sudah anugerah, Alhamdulillah. Persoalan menang atau tidak itu bonus saja. Tapi normalnya manusia memang selalu butuh pengakuan. Meski terlalu letih jika hidup dihabiskan untuk memberi makan pengakuan. Tapi tetap saja diidamkan.

Akhirnya instrospeksi diri. Berkaca pada pengalaman terdahulu, jadi mulai melonggarkan target. Bertarung tak mesti menang. Berhasil menyelesaikan tantangan juga sudah bentuk kemenangan sejati. Membangun semangat dan mengalahkan rasa malas dalam diri juga patut diapresiasi. Alhasil dengan prinsip seperti itu aku merasa ringan dalam berkompetisi. Tak ada lagi kekhawatiran akan teepilih atau tidak. 

Dan Alhamdulillah, ketika dalam kondisi sperti itu, malah Allah mudahkan jalannya. Ketika pasrah tanpa obsesi lagi, hanya berharap dimampukan untuk memberi yang terbaik, justru saat itulah kemenangan menghampiri. Maka benarlah pendapat yang mengatakan bahwa sempurnakan ikhtiar, selanjutnya bertawakkallah. Tentu saja diiringi keikhlasan, bukan keterpaksaan. 

Mungkin konsep seperti ini perlu ditanamkan dalam ikhtiar mencari pendamping hidup. Sebagaimana kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha. Ketika Zulaikha mengejar cinta Yusuf, makin Allah jauhkan Yusuf darinya. Ketika Zulaikha mengejar cinta Allah, Allah datangkan Yusuf padanya. 

Sesederhana itu. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Untuk Mama